Kamis, 22 Juli 2010

Sekilas tentang MODS


Menyebut kata “Mod”, mungkin sebagian orang merasa asing dengan kata yang sangat simple dan hanya terdiri dari tiga huruf itu. Tapi kata itulah yang sangat membuat saya bergairah dan ingin masuk kedalamnya. Saya tidak peduli meski berulang kali harus menjelaskan apa itu mod kepada teman-teman saya karena saya selalu asik membicarakan mod dan mod lagi.. Rasa excited dan passionate setiap kali membahas mod tidak pernah berkurang. Hmmm…Itulah yang menjadi alasan kenapa saya menulis artikel tentang mod. Hahah..agar setidaknya orang-orang mengetahui sedikit banyak tentang mod. Or can I make them become Mad about Mod???

Skinhead merupakan subkultur yang bermula di Inggris pada era ‘60-an, ketika Mods sedang mengharubiru kaum muda Inggris. Mods yang pada awalnya didominasi kaum muda yang berasal dari kalangan menengah ke atas kemudian mewabah dan menyentuh setiap kalangan. Tidak terkecuali kalangan pekerja alias working class. Para pemuda dari kalangan tersebut meskipun harus bekerja keras tiap hari, sebagian malah sebagai buruh kasar atau buruh pelabuhan, namun tetap memiliki cita rasa tinggi dalam memilih life style tertentu. Mereka berusaha mengadaptasi life style yang berkembang dengan pola hidup, selera serta kemampuan dompet.

Maka pada sekitar tahun 1965, dalam dunia Mods dikenal pula istilah Smooth Mods (Peacock Mods) yang terdiri dari kalangan menengah stylish dengan pilihan kostum yang mahal serta Hard Mods (lemonheads, gang mods) yang terdiri dari kaum pekerja dan merupakan cikal bakal dari Skinheads.

Hard mods kemudian baru dikenal sebagai kaum Skinheads sekitar tahun 1968. Generasi pelopor Skinheads tersebut biasanya disebut Trads (Traditional Skinheads) atau Trojan Skinheads, sesuai dengan nama label Trojan Records.



N What is Mod?
Mod adalah satu fenomena sosial yang kompleks yang terjadi di Inggris pada tahun 60an (dimulai akhir tahun 50an). Dimana para pemuda di London yang saat itu berada pada kondisi ekonomi yang kurang baik, tetapi mereka tetap ingin mempertahankan kesempurnaan dari gaya personal mereka. Mereka terobsesi dengan American rhythm and blues dan Italian motor scooters. Puncak kejayaan era mod ini terjadi dari tahun 1962 sampai akhir tahun 70an dan menyebar luas ke seluruh dunia. Menurut saya pribadi, Mod is one of the best era..!
Mod yang sudah menjadi salah satu lifestyle sudah pasti mencakupi semua hal dari musik sampai fashionnya. Okay, kembali sedikit pada sejarahnya. Saya banyak membaca sejarah-sejarah tentang mod. Saya sempat bingung karena disetiap tulisan yang saya baca terjadi sedikit perbedaan tentang sejarahnya. Baiknya saya simpulkan saja sendiri yah, kata Mod itu sendiri sebenarnya berasal dari kata Modernist/ Modern/ Modern Jazz (karena selera musik mereka pada saat itu terfokus pada modern jazz). Seiring meluasnya lifestyle ini di London sampai daerah utara Inggris, ciri khas para modernist ini semakin kelihatan. Mereka mengendarai scooters, cara berpakaian yang original dan bervariasi (dengan konsep D.I.Y >> Do It Yourself, karena saat itu perekonomian sangat sulit tapi keinginan untuk tetap gaya masih sangat kuat jadi mereka membuat baju mereka sendiri dan dari sinilah muncul fenomena baru lagi, yaitu era butik.). Pusat fashion mod yang paling terkenal dan masih eksis sampai sekarang yaitu Carnaby street dan King’s Road. Dimana terdapat butik-butik yang fashionnya sangat mod sekali. Yeah, I really wanna go there.. Hahaha…
Interpretasi baru dari Mod fashion ini sering disebut media dengan “Swinging London”. Sampai sekarang saya masih suka sekali dengan gaya Mod fashion tersebut. Really love it to the bones..!
Mod sendiri juga mengalami metamorfosa perubahan era, dari “Modernists”(late 50s) menjadi “Mods”(60s) menjadi “Mod Revivalists”(70s) dan terakhir adalah “New Mods”(late 80s to the 90s). Tidak lupa juga di era-era itu selain ada para Modster, ada juga gang lain yang juga sangat mempengaruhi fashion yaitu Rockers. Dan akhirnya lahir lagi “Mockers” yaitu mereka yang menggabungkan unsur Mod dan Rockers style. Para Mods biasanya berasal dari London, dan para Rockers dating dari kota-kota di utara.

Mod Look
Para Mod boys menghabiskan uang mereka agar mereka bisa tampil se-dandy mungkin. Mengendarai scooter adalah salah satu point penting yang jadi bagian dari wardrobe mereka juga. Dan para Mod girls juga begitu walau mereka tidak harus memiliki scooter. Para mods selalu mempunyai gaya yang rapi, bersih, dan simple dan boyish look buat para ceweknya. Mod girls mengenakan baju dengan garis yang sedikit maskulin dan memotong rambut mereka sangat pendek, sementara itu para Mod boys mengenakan make-up dan terkadang membawa handbags juga. Saat itu para cewek tidak kelihatan sebagai seks objek, mereka hanya “part of the gang” bersama para cowoknya. Oh girls, di era itu kalau kita mempunyai pacar seorang mod, kita harus rela berjam-jam menunggu mereka berdandan atau bahkan harus me-roll rambut mrk dan mendandani mereka.

Lebih lengkapnya, berdasarkan fenomenal yang orisinil dari Mod terbagi atas empat aliran subkultural, yaitu :
1. The Art school or high camp version : mengeksplorasi image baru dari gaya cowok yang jauh dari clumsiness dan maskulinitas, mereka sangat dressed-up dan often memakai make-up dan membawa handbags.
2. Mainstream mods : mereka mengenakan suit atau setelan yang rapi dan bersih, jas dan celana lurus, pointed shoes, ditemani oleh cewek dengan rambut pendek, berkeliling ke club-club memamerkan busana mereka dan menunjukkan gaya dansa baru.
3. Scooter boys : mereka mengenakan suit dan coat pada malam hari, jeans lebar dan sepatu canvas. Tidak ketinggalan scooter Itali mereka yang di kelas pekerja sudah seperti sebuah sport-car.

4. Hard mods : mengenakan sported jeans dengan bottom strata, dan memakai boot. Dari sinilah berasalnya skinheads diakhir tahun 60an.


Wah.. ada yang kurang lengkap pasti kalau kita ngobrolin mod, tapi belum menyebutkan satu cewek idola saya yang bisa dibilang The It Girl of the Moment atau juga seorang Queen of Mod. Twiggy!!( aka Leslie Hornyby). Bagi para cewek yang ingin mendapat gambaran dari mod fashion, look at her style. Hmmm.. karena kali ini saya membuat artikel tentang Mod, mungkin lain kali saya bisa menulis artikel dari profil Twiggy.
Aahh..sebenarnya masih banyak lagi yang bisa kita bahas mengenai Mod, terlalu banyak bahkan bisa sampai berpuluh-puluh atau beratus-ratus halaman. Hahaha. Itu sih namanya buat buku yah. Mudah-mudahan saja wabah Mod bisa semakin meluas di Indonesia, karena sepertinya kita jauh ketinggalan dari Malaysia, Singapore, Jepang yang komunitas Mod nya lebih maju dari kita.
Now, just enjoy the Mod!!!

Jumat, 11 Juni 2010

She & Him, grup band duo dari Amrik

She & Him

She & Him adalah grup band duo yang berasal dari Portland, Oregon, Amerika Serikat. Duo yang dimotori oleh aktris Zooey Deschanel dan musisi M. Ward ini mengeluarkan debut album pertamanya yang berjudul Volume One dan dirilis pada tanggal 18 Maret 2008.
Sama halnya dengan band-band yang terkenal lainnya , band ini sebuah perjalanan yang unik...
Perjalanan hidup grup music She & Him dimulai pada tahun 2006 ketika sutradara film The Go-Getter, Martin Hynes mempertemukan salah satu pemain film tersebut yatu Zooey Deschanel dengan musisi M. Ward. Martin mengininkan kolaborasi duet antara Zooey dan M. Ward untuk mengisi salah satu lagu sountrack film hasil garapannya tersebut.

Ward yang telah mengetahui kualitas suara Zooey melalui film Elf merasa heran kepada aktris yang menurutnya memiliki suara yang bagus itu tidak berkecimpung didalam dunia tarik suara. Namun keterkejutan Ward tidak hanya sampai sebatas itu, ternyata semenjak kecil Zooey sudah membuat lagu-lagu karangannya sendiri karena menurut pengakuannya dirinya memang udah menyenangi bernyanyi sejak masih kanak-kanak.


Zooey mulia merekam lagu-lagunya disaat dirinya menginjakkan umur ke 20. Lagu-lagu tersebut direkam dengan format acapella dan disimpan didalam komputer pribadinya. Kesibukannya sebagai aktris membuat Zooey hanya menjadikan musiknya ini sebagai hobi untuk mengekspresikan dirinya yang tidak dapat terekspresikan ketika Zooey berakting didpean kamera. Zooey juga tampaknya malu dan tidak pede dengan musik-musiknya sendiri.

Pasca produksi film The Go-Geeter Zooey dan Matt tetap menjalin komunikasi melalui email berhubung Zooey tinggal di Los Angeles sedangkan Matt tinggal di Portland. Mereka seringkali berdiskusi tentang musik dikarenakan keduanya memiliki selara yang serupa. Hingga suatu saat Zooey memberanikan diri untuk mengirimkan sample lagu ciptaannya ke Matt. Zooey mengaku untuk mengirim demo ke Matt dirinya harus melawan tekanan rasa ketidak percayaan dirinya terhadap lagu-lagunya sendiri. Namun, tak disangka-sangka rupanya Matt menyukai lagu Zooey tersebut. Mereka berdua kemudian mulai membuat aransemen dan merekam lagu-lagu yang hampir semua ditulis oleh Zooey. Beberapa single telah mereka keluarkan seperti "Why do you let me stay here" dan "This is not a test" sebelum pada akhirnya album Volume One beredar dipasaran.

Nama "She & Him" yang dipilih oleh Matt dan Zooey untuk band duonya ini semata-mata didasarkan kepada filosofi "tidak mencolok" dan tampak "anonim". Nama yang unik, ganjil, asik n menarik untuk didengar ditelingah kita ketika mengalun.,,,
oke, check this sound from She & Him..

Rabu, 23 Desember 2009

Frau Music Performance From Yogyakarta: A Girl On The Run



Jogjakarta, 14 Mei 2009
"A Girl On The Run" adalah sebuah pertunjukan musik dari Frau, seorang solo pianis muda yang bernaung dibawah asuhan label Music Box Records. Acara ini akan dilaksanakan Music Box Records di Auditorium Lembaga Indonesia Perancis di daerah Sagan, Yogyakarta. Pertunjukannya sendiri akan disuguhkan dua kali pada hari Jumat tanggal 22 Mei 2009, yaitu pukul 19.00-20.00 untuk pertunjukan pertama dan dilanjutkan pada pukul 20.30-21.30 untuk pertunjukan kedua. Tiap pertunjukan disediakan 150 kursi dengan tiket Rp10000 untuk tiap kursinya.

Acara yang digagas oleh Timoteus Anggawan Kusno(pimpinan produksi pertunjukan & art director Music Box records) dan Nicodemus Freddy Hadiyanto (kurator musik Music Box records) ini berangat dari ide besar untuk mengangkat sebuah persinggungan unik antara seni pertunjukan, seni rupa, dan seni musik dalam sebuah pertunjukan musik pop. Gagasan tersebut kemudian direspon baik oleh beberapa rekan seniman yang kemudian bergabung menjadi tim artistik acara ini, yaitu Teguh Hari, Andy Seno Aji, dan Jamaludin Latief (Teater Garasi).

"A Girl On The Run" adalah sebuah pertunjukan musik yang akan bercerita tentang anak muda di tengah dunia yang bergerak. Seorang gadis yang berada di tengah-tengah lingkungan yang terus berubah dan dinamis. Seorang gadis yang memiliki imajinasi-imajinasi unik bersama pianonya sebagai tempatnya berlari dan menemukan dirinya di tengah dunia yang tak pernah berhenti bergerak. Dengan cara bertutur yang unik melalui musik ini Frau sebenarnya ingin menawarkan sebuah kondisi kehangatan, sebuah relaksasi. Seperti sebuah ajakan dari seorang kawan lama untuk berbincang santai sambil minum teh.

Pertunjukan musik pop ini akan menyuguhkan sebuah proses kolaborasi unik antara Frau (musisi), Bengkel mime (pantomim), dan bentuk-bentuk seni visual yang dirancang dinamis di atas panggung sebagai serangkaian set artistik. Dalam pertunjukan ini, Frau akan memainkan lagu-lagu dari album "Starlit Carousel"-nya. Layaknya sebuah pertunjukan teatrikal, pertunjukan musik ini memang dikemas cukup unik dengan alur, pembabakan, dan dramaturgi yang berangkat dari lagu-lagu dan lirik Frau. Skenario yang disusun berangkat dari komposisi musik dan lirik yang dinyanyikan, menceritakan tentang anak muda di tengah dunia yang bergerak. Sedangkan pembabakan yang ditawarkan akan berangkat dari lagu-lagu yang telah disusun sebagai sebuah alur cerita. Berangkat dari lirik dan musikalisasi tersebut, Bengkel mime akan merespon secara koreografis terhadap musik. Elemen-elemen artistik yang membangun pertunjukan ini juga akan merespon musik secara koreografis sesuai konsep, mood, dan ide cerita lagu.

Dalam salah satu sesi di pertunjukan ini, Frau juga akan berkolaborasi dengan seorang pianis wanita lain, yaitu Nadya Octaria Hatta, dan sang ibunda, Joan Suyenaga, yang akan bermain rebab (alat musik tradisional jawa). Pertunjukan ini akan dibuka oleh Armada Racun (Yogyakarta) dan The Trees and The Wild (Jakarta), yang akan bermain musik secara akustik di pelataran luar Lembaga Indonesia Perancis sebelum pintu ruang pertunjukan "A Girl On The Run" di buka di tiap jadwal.

Sabtu, 24 Januari 2009

Celotehan tentang Musik



Sedikit ocehan tentang musik….

Semakin hari semakin banyak band-band berbagi genre musik di tanah air. Khususnya genre musik populer atau musik pop yang merupakan hasil pop culture, yang dikatagorikan sebagai musik dangkal, instan. Juga bisa dianggap sebagai low art.
Banyak hal mengapa musik pop ini dikatagorikan demikian. Coba kita pandang dari segi lirik yang gampang dihafal oleh si pendengar walaupun sekali saja mendengarkannya dan kurangnya nilai estetis dan estetika, yaitu sastra dan moralnya. Dari segi performancenya mereka terkadang tidak pernah menemukan jati diri mereka sendiri, mereka cenderung meniru dari genre musik lain ( terbilang kurang kreatif dan inovatif untuk membuatnya). hal itulah penyebab kekacauan genre musik dalam sejarah musik itu sendiri. karena dari genre musik pop sendiri sangat berbeda dengan genre musik yang lainnya contohnya saja pada genre musik yang dikatagorikan sebagai high art, misalnya saja pada genre musik jazz yang biasanya menampilkan bolero kemeja jas, blues dengan Rock&Rollnya dan genre musik psychedelic.
Maraknya budaya Musik pop culture tersebut mebuat makin membosankan, tetapi ada satu band yang single Hitsnya bisa membuatku nyenyak, meski sering kali ketika alunan itu kurenungi aku malah terkoyak. Band asal bandung ini memang masih konsisten di indielabel, band ini banyak memikat kaum-kaum psychedelic di Negeri ini, single Hitsnya “langkah peri” yang begitu NgeSOUL abiz, yang agak rada-rada psychodelic dengan ditambah distorsi gitar rada-rada heavy pop dengan melodi-melodi soul banget, apalagi suara si vokalisnya {Alexsandra} yang sekarang keluar karena perbedaan faham.. Singgel-singgel Hits seperti “Dunia” dan “Langkah Peri” pada album terdahulu “Waktu hijau dulu” selalu diminati oleh penonton.
Dengar-dengar kabar katanya beberapa tahun lalu mereka telah membuat album baru yang dirilis oleh sebuah indie label dari kota bandung sendiri, meskipun alexsandra tak lagi jadi vokalis band ini lagi tetapi suara vokalis baru tidak merubah irama musiknya seperti dahulu. Lembutnya suara vokalis baru, distorsi gitar denagn lengkingan melodi pop disertai bas dan hentakan drum masih sakit seperti dahulu. Hal ini yang masih diminati oleh pecinta musik genre psychedelic.
11 07 2007

Sabtu, 17 Januari 2009

Musik Kesukaanku

Cherry Bombshell

http://photos-p.friendster.com/photos/61/14/39364116/1_636968230l.jpg
Cherry Bombshell adalah nama dari grup sebuah band anak muda yang berasal dari Bandung, yang banyak orang bilang sebagai gudangnya para musisi. Cherry Bombshell sepakat didirikan oleh 4 anak muda Bandung yang berselera musik sama pada tahun 1995, tepatnya tanggal 15 Juni. Nama Cherry Bombshell diambil dari jenis warna cat rambut, yang secara tak sengaja mereka baca dari majalah Seventeen, yang sedang membahas warna cat rambut idola mereka yaitu vokalis kelompok Lush asal Inggris yang berambut merah, istilahnya Cherry Bombshell.

Dengan nama Cherry Bombshell keempat personelnya yaitu Agung Pramudya Wijaya (bass), Harry Hidayatullah (gitar), Ismail Rahaji (gitar), dan Mochammad Febry Syarif (drum) coba-coba membawakan lagu Lush, Pale Saint, Velocity Girl, dan Revolver (semuanya band Inggris). Mereka juga coba-coba untuk membuat lagu. Setelah jalan beberapa lama, Cherry Bombshell bertemu dengan sang penyanyi, yaitu Alexandra (Alex). Dengan adanya Alex, lengkap sudah formasi Cherry Bombshell. Mereka lalu merekam lagu-lagu yang telah dibuat. Untuk pertama kalinya Cherry Bombshell show di Jakarta dan telah berani membawakan lagu-lagunya sendiri (dulu nama grupnya masih Lolypop).

Dari hasil show dan tambahan dana seadanya, Cherry Bombshell bertekad membuat demo tape (mini album) yang berisi 6 buah lagu. Cherry Bombshell langsung memasarkannya dari tangan ke tangan dan dan menitip jual di beberapa studio musik dan habis terjual diatas 500 buah kaset. Dengan keluarnya demo tape tersebut, nama dan lagu Cherry Bombshell mulai dikenal sampai keluar kota Bandung. Dengan bekal demo tape tersebut, jalan menuju dapur rekaman untuk membuat album semakin terbuka. Melalui sebuah agen (Target Pro), Cherry Bombshell berkenalan dengan Bulletin Record (PT. Indosemar Sakti). Dengan Bulletin, Cherry Bombshell membuat perjanjian untuk merilis dua buah album. Namun sayang, sebelum album perdana dirilis, Alexandra harus meneruskan pendidikannya di Hongkong. Kedudukan Alexandra lalu digantikan oleh Widyastuti Ariani (Widy).

Setelah melalui perjalanan panjang akhirnya Album pertama Cherry Bombshell beredar dengan judul album "Waktu Hijau Dulu". Album perdana Cherry Bombshell Berisi 12 buah lagu dengan lagu andalan berjudul "Langkah Peri" (yang dibuat video klip). Dengan aliran musik "Heavy Pop", lagu-lagu Cherry Bombshell berjudul Anti Adas, Langkah Peri, Lahar, Bacar, Flowing Marjans, Tuduh, Memar, Kura-Kura Dalam Perahu, Sesal, Bintang, Lepas, dan Waktu Hijau Dulu.

Pada tahun 2000 Cherry Bombshell telah melempar album yang ke-2 ke pasaran. Namun ada nafas baru dalam album baru CB ini, karena posisi Ebi sebagai pemukul drum digantikan oleh Wisnu Kuncoro Djati (Coro). Pada beberapa saat lalu Ebi mengalami kecelakaan, dan kini keadaanya sudah baik. Namun Ebi merasa bahwa kemampuannya dalam mengimbangi CB tidak seperti dahulu ketika sebelum mengalami kecelakaan. Untuk itu Ebi mengundurkan diri untuk keluar. Album CB ini berjudul "Luka Yang Dalam". Dalam Album ke 2 terdapat lagu- lagu yang berjudul : Biar, luka, Hujan, Susan, Mentari, Dunia, Rapuh, Harap, Terhempas Hilang, dan Mati Rasa.

Bulan Mei 2005 Cherry Bombshell meluncurkan Album ke-3 yang diberi judul "Jalan Masih Panjang" dibawah label indie BACOTT Records. Ada 10 lagu dalam album ini, Dengan judul-judul lagu : Kesepian Semu, Satu di antara Seribu, Cahaya di dalam Jiwa, Awan Hitam menyelimuti, Jalan Masih Panjang, Purnama Kelam, Mengenang Masa, Ku Takkan tenggelam, Mengejar Angin, dan Bintang Terang.

Untuk di album ke-3 ada pengurangan dan perubahan formasi personel tetap dari Cherry Bombshell, hal ini karena Ajo, Widi, Ajie dan Coro telah keluar dari Cherry Bombshell. Formasi tetap Cherry Bombshell yang sekarang yaitu : Agung Pecunk (Bass), Esti (Vokal), Arief (Drum), Remy (Guitar) dan Egi (Guitar).

Di album ke-3 ini juga Cherry Bombshell dibantu oleh beberapa musisi seperti Suar (eks Vokalis Pure Saturday), Indra Mocca dan Ajie The Milo (eks Cherry Bombshell) serta beberapa musisi lain untuk mengisi lagu-lagu yang terdapat di album ini.

Pada tahun 2007 Cherry Bombshell membawakan lagu "Jauh" (Tribute to Naif) di album Mesin Waktu, Aksara Record.